5 Juni 2013

Pengakuan ulama besar fiqh tentang tasawwuf dan ulama sufi



Imam Abu Hanifa (r) (85 H.-150 H) berkata, "Jika tidak karena dua tahun, saya telah celaka. Karena dua tahun saya bersama Sayyidina Ja'far as-Sadiq dan mendapatkan ilmu spiritual yang membuat saya lebih mengetahui jalan yang benar".

Ad-Durr al-Mukhtar, vol 1. p. 43 bahwa Ibn 'Abideen said, "Abi Ali Dakkak, seorang sufi, dari Abul Qassiman-Nasarabadi, dari ash-Shibli, dari Sariyy as-Saqati dari Ma'ruf al-Karkhi, dari Dawad at-Ta'i, yang mendapatkan ilmu lahir dan batin dari Imam Abu Hanifa (r), yang mendukung jalan Sufi." Imam berkata sebelum meninggal: lawla sanatan lahalaka Nu'man, "Jika tidak karena dua tahun, Nu'man (saya) telah celaka." Itulah dua tahun bersama Ja'far as-Sadiq

Imam Malik (94-179 H./716-795 CE)

Imam Malik (r): "man tassawaffa wa lam yatafaqahfaqad taz andaqa wa man tafaqaha wa lam yatsawwaf faqad fasadat, wa man tafaqaha wa tassawafa faqad tahaqqaq.
(Barangsiapa mempelajari/mengamalkan tasauf tanpa fikh maka dia telah zindik, dan  barangsiapa mempelajari fikh tanpa tasauf dia tersesat, dan siapa yang mempelari tasauf dan fikh dia meraih kebenaran)." (dalam buku 'Ali al-Adawi dari keterangan Imam Abil-Hassan, ulama fikh, vol. 2, p. 195

Imam Shafi'i (150-205 H./767-820 CE)

Imam Shafi'i: "Saya bersama orang sufi dan aku menerima 3 ilmu:
1. mereka mengajariku bagaimana berbicara
2. mereka mengajariku bagaimana meperlakukan orang dengan kasih dan hati lembut 
3. mereka membimbingku ke dalam jalan tasawwuf  
[Kashf al-Khafa and Muzid al-Albas, Imam 'Ajluni, vol.1, p. 341.]

Imam Ahmad bin Hanbal (164-241 H./780-855 CE)

Imam Ahmad (r): "Ya walladee 'alayka bi-jallassatiha'ula'i as-Sufiyya. Fa innahum zaadu 'alaynabikathuratil 'ilmi wal murqaba wal khashiyyata waz-zuhda wa 'uluwal himmat (Anakku jika kamu harus duduk bersama orang-orang sufi, karena mereka adalah mata air ilmu dan mereka tetap mengingat Allah dalam hati mereka. Mereka orang-orang zuhud dan mereka memiliki kekuatan spiritual yang tertinggi," --Tanwir al-Qulub, p. 405, Shaikh Amin al-Kurdi). Imam Ahmad (r) tentang Sufi:"Aku tidak melihat orang yang lebih baik dari mereka" ( Ghiza al-Albab, vol. 1, p. 120)

Imam al-Muhasibi (d. 243 H./857 CE)

Imam al-Muhasibi meriwayatkan dari Rasul, "Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan dan hanya satu yang akan menjadi kelompok yang selamat" . Dan Allah yang lebih mengetahui bahwa itu adalah Golongan orang tasawwuf.  Dia menjelaskan dengan mendalam dalam Kitab al-Wasiya p. 27-32.

Imam al-Qushayri (d. 465 H./1072 CE)

Imam al-Qushayri tentang Tasawwuf: "Allah membuat golongan ini yang terbaik dari wali-wali-Nya dan Dia mengangkat mereka di atas seluruh hamba-hamba-Nya sesudah para Rasul dan Nabi, dan Dia memberi hati mereka rahasia Kehadiran Ilahi-Nya dan Dia memilih mereka diantara umat-Nya yang menerima cahaya-Nya.  Mereka adalah sarana kemanusiaan, Mereka menyucikan diri dari segala hubungan dengan dunia dan  Dia mengangkat mereka ke kedudukan tertinggi dalam penampakan (kasyf). Dan Dia membuka kepada mereka Kenyataan akan Keesaan-Nya. Dia membuat mereka untuk melihat kehendak-Nya mengendalikan diri mereka. Dia membuat mereka bersinar dalam wujud-Nya dan menampakkan mereka sebagai cahaya dan cahaya-Nya ." [ar-Risalat al-Qushayriyya, p. 2]

Imam Ghazali (450-505 H./1058-1111 CE)

Imam Ghazali, hujjat ul-Islam, tentang tasawwuf:
"Saya tahu dengan benar bahwa para Sufi adalah para pencari jalan Allah, dan bahwa mereka melakukan yang terbaik, dan jalan mereka adalah jalan terbaik, dan akhlak mereka paling suci. Mereka membersihkan hati mereka dari selain Allah dan mereka menjadikan mereka sebagai jalan bagi sungai untuk mengalirnya kehadiran Ilahi [al-Munqidh min ad-dalal, p. 131].




Imam Nawawi (620-676 H./1223-1278 CE)

Dalam suratnya al-Maqasid: "Ciri jalan sufi ada 5:
1. menjaga kehadiran Allah dalam hati pada waktu ramai dan sendiri
2. mengikuti Sunah Rasul dengan perbuatan dan kata 
3. menghindari ketergantungan kepada orang lain
4. bersyukur pada pemberian Allah meski sedikit
5. selalu merujuk masalah kepada Allah swt [Maqasid at-Tawhid, p. 20]


Imam Fakhr ad-Din ar-Razi (544-606 H./1149-1209 CE)

Imam Fakhr ad-Din ar-Razi: "Jalan para sufi adalah mencari ilmu untuk memutuskan diri mereka dari kehidupan dunia dan menjaga diri mereka agar selalu sibuk dalam pikiran dan hati mereka dengan mengingat Allah, pada seluruh tindakan dan perilaku" ." [Ictiqadat Furaq al-Musliman, p. 72, 73]

Ibn Khaldun (733-808 H./1332-1406 CE)

Ibn Khaldun: "Jalan sufi adalah jalan salaf, ulama-ulama di antara Sahabat, Tabi'een, and Tabi' at-Tabi'een. Asalnya adalah beribadah kepada Allah dan meninggalkan perhiasan dan kesenangan dunia" [Muqaddimat ibn Khaldan, p. 328]

Tajuddin as-Subki

Mu'eed an-Na'eem, p. 190, dalam tasauf: "Semoga Allah memuji mereka dan memberi salam kepada mereka dan menjadikan kita bersama mereka di dalam sorga.  Banyak hal yang telah dikatakan tentang mereka dan terlalu banyak orang-orang bodoh yang mengatakan hal-hal yang tidak berhubungan dengan mereka. Dan yang benar adalah bahwa mereka meninggalkan dunia dan menyibukkan diri dengan ibadah". Dia berkata: "Mereka dalah manusia-manusia yang dekat dengan Allah yang doa dan shalatnya diterima Allah, dan melalui mereka Allah membantu manusia.

Jalaluddin as-Suyuti

Dalam Ta'yad al-haqiqat al-'Aliyya, p. 57: "tasawwuf dalam diri mereka adalah ilmu yang paling baik dan terpuji. Dia menjelaskan bagaimana mengikuti Sunah Nabi dan meninggalkan bid'ah"

Ibn Taymiyya (661-728 H./1263-1328 CE)

Mambaca Fatawa Ibn Taymiyya, Dar ar-Rahmat, Cairo, Vol, 11, page 497, Kitab Tasawwuf: "Kamu harus tahu bahwa syaikh-syaikh terbimbing harus diambil sebagai petunjuk dan contoh dalam agama, karena mereka mengikuti jejak Para Nabi dan Rasul. Tariqat para syaikh itu adalah untuk menyeru manusia ke Kehadiran Allah dan ketaatan kepada Nabi."

Juga dalam hal 499: "Para syaikh dimana kita perlu mengambil sebagai pembimbing adalah teladan kita dan kita harus mengikuti mereka. Karena ketika kita dalam Haji, kita memerlukan petunjuk (dalal) untuk mencapai Ka' bah, para syaikh ini adalah petunjuk kita (dalal) menuju Allah dan Nabi kita.  Di antara para syaikh yang dia sebut adalah: Ibrahim
ibn Adham, Ma'ruf al-Karkhi, Hasan al-Basri, Rabia al-Adawiyya, Junaid ibn Muhammad,  Shaikh Abdul QadirJilani, Shaikh Ahmad ar-Rafa'i, and Shaikh Bayazid al-Bistami. Ibn Taymiyya mengutip Bayazid al-Bistami pada  510, Volume 10: "...Syaikh besar, Bayazid al-Bistami, dan kisah yang terkenal ketika dia menyaksikan Tuhan dalam kasyf dan dia berkata kepada Dia:" Ya Allah, bagaimana jalan menuju Engkau?". Dan Allah menjawab:
"Tinggalkan dirimu dan datanglah kepada-Ku". 

Ibn Taymiah melanjutakan kutipan Bayazid al-Bistami, " Saya keluar dari diriku seperti seekor ular keluar dari kulitnya". Implisit dari kutipan ini adalah sebuah indikasi tentang perlunya zuhud (pengingkaran-diri atau pengingkaran terhadap kehidupan dunia), seperti jalan yang diikuti Bayazid al-Bistami ( Mursyid Tariqah Naqshbandi).

Kita melihat dari kutipan di atas bahwa Ibn Taymiah menerima banyak Syaikh dengan mengutipnya dan meminta orang untuk mengikuti bimbingannya untuk menunjukkan cara menaati Allah dan Rasul saas.

Apa kata Ibn Taymiah tentang istilah Tasawwuf :

Berikut adalah pendapat Ibn Tamiah tentang definisi Tasawwuf dari strained, Whether you are gold or gold-plated copper." Sanai. Following is what Ibn Taymiyya said about the definition of Tasawwuf, from Volume 11, At-Tasawwuf, of Majmu'a Fatawa Ibn Taymiyya al-Kubra, Dar ar-Rahmah, Cairo: 
"Alhamdulillah, penggunaan kata tasauf telah didiskusikan secara mendalam. Ini adalah istilah yang diberikan kepada hal yang berhubungan dengan cabang ilmu (tazkiyat an-nafs and Ihsan)." "Tasawwuf adalah ilmu tentang kenyataan dan keadaan dari pengalaman.
Sufi adalah orang yang menyucikan dirinya dari segala sesuatu yang menjauhkan dari mengingat Allah dan orang yang mengisi dirinya dengan ilmu hati dan ilmu pikiran di mana harga emas dan batu adalah sama saja baginya.

Tasawwuf menjaga makna-makna yang tinggi dan meninggalkan mencari ketenaran dan egoisme untuk meraih keadaan yang penuh dengan Kebenaran. Manusia terbaik sesudah Nabi adalah Shidiqin, sebagaimana disebutkan Allah: "Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni'mat oleh Allah, yaitu: Nabi, para shiddiqqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS. 4:69)" Dia melanjutkan mengenai Sufi,"mereka berusaha untuk menaati Allah.. Sehingga dari mereka kamu akan mendapati mereka merupakan yang terdepan (sabiqunas-sabiqun) karena usaha mereka. Dan sebagian dari merupakan golongan kanan (ashabus-syimal)."

Imam Ibn Qayyim (d. 751 H./1350 CE)

Imam Ibn Qayyim menyatakan bahwa, "Kita menyasikan kebesaran orang-orang tasawwuf dalam pandangan salaf bagaimana yang telah disebut oleh by Sufyan ath-Thawri (d. 161 H./777 CE). Salah satu imam terbesar abad kedua dan salah satu mujtahid terkemuka, dia berkata:
"Jika tidak karena Abu Hisham as-Sufi (d. 115 H./733 CE) saya tidak pernah mengenal bentuk munafik yang kecil (riya') dalam diri (Manazil as-Sa'ireen). Lanjut Ibn Qayyim:"Diantara orang terbaik adalah Sufi yang mempelajari fiqh"

'Abdullah ibn Muhammad ibn 'Abdul Wahhab (1115-1201H./1703-1787 CE)

Dari Muhammad Man ar Nu'mani's book (p. 85), Ad- ia'at al-Mukaththafa Didd ash-Shaikh Mu ammad ibn 'Abdul Wahhab: "Shaikh 'Abdullah, anak shaikh Muhammad ibn 'Abdul Wahhab, mengatakan mengenai Tasawwuf: 'Anakku dan saya tidak pernah menolak atau mengkritik ilmu tasawwuf, tetapi sebaliknya kami mendukungnya karena ia menyucikan baik lahir maupun batin dari dosa tersembunyi yang berhubungan dengan hati dan bentuk batin. Meskipun seseorang mungkin secara lahir benar, secara batin mungkin salah; dan untuk memperbaikinya tasauf diperlukan."

Dalam volume 5 dari Muhammad ibn 'Abdul Wahhab entitled ar-Rasa'il ash-Shakhsiyya, hal 11, serta hal.12, 61, and 64 dia menyatakan: "Saya tidak pernah menuduh kafir Ibn 'Arabi atau Ibn al-Fari karena interpretasi sufinya"

Ibn 'Abidin

Ulama besar, Ibn 'Abidin dalam Rasa'il Ibn Abidin (p. 172-173) menyatakan: " Para pencari jalan ini tidak mendengar kecuali Kehadiran Ilahi dan mereka tidak mencintai selain Dia. Jika mereka mengingat Dia mereka menangis. Jika mereka memikirkan Dia mereka bahagia. Jika mereka menemukan Dia mereka sadar. Jika mereka melihat Dia mereka akan tenang. Jika mereka berjalan dalan Kehadiran Ilahi, mereka menjadi lembut.  Mereka mabuk dengan Rahmat-Nya. Semoga Allah merahmati mereka". [Majallat al-Muslim, 6th ed., 1378 H, p. 24].

Shaikh Rashad Rida

Dia berkata,"tasawwuf adalah salah satu pilar dari pilar-pilar agama. Tujuannya adalah untuk membersihkan diri dan mempertanggungjawabkan perilaku sehari-hari dan untuk menaikan manusia menuju maqam spiritual yang tinggi" [Majallat al-Manar, 1st year, p. 726].

Maulana Abul Hasan 'Ali an-Nadwi

Maulana Abul Hasan 'Ali an-Nadwi anggota the Islamic-Arabic Society of India and Muslim countries. Dalam, Muslims in India, , p. 140-146, "Para sufi ini memberi inisiasi (baiat) pada manusia ke dalam keesaan Allah dan keikhlasan dalam mengikuti Sunah Nabi dan dalam menyesali kesalahan dan dalam menghindari setiap ma'siat kepada Allah SWT. Petunjuk mereka merangsang orang-orang untuk berpindah ke jalan kecintaan penuh kepada Allah"

"Di Calcutta, India, lebih dari 1000 orang mengambil inisiasi (baiat) ke dalam Tasawuf" "Kita bersyukur atas pengaruh orang-orang sufi, ribuan dan ratusan ribu orang di India menemukan Tuham merka dan meraih kondisi kesempurnaan melalui Islam"

Abul 'Ala Mawdudi

Dalam Mabadi' al-Islam (p. 17), "Tasawwuf adalah kenyataan yang tandanya adalah cinta kepada Allah dan Rasul saw, di mana sesorang meniadakan diri mereka karena tujuan mereka (Cinta), dan seseorang meniadakan dari segala sesuatu selain cinta Allah dan Rasul". 
"Tasawwuf mencari ketulusan hati, menyucikan niat dan kebenaran untuk taat dalam seluruh perbuatannya." 

Ringkasnya, tasawwuf, dahulu maupun sekarang, adalah sarana efektif untuk menyebarkan  kebenaran Islam, memperluas ilmu dan pemahaman spiritual, danmeningkatkan kebahagian dan kedamaian. Dengan itu manusia dapat menemukan diri sendir dan, dengan demikian, menemukan Tuhannya. Dengan itu manusia dapat meningkatkan, merubah dan menaikan diri sendiri dan mendapatkan keselamatan dari kebodohan dunia dan dari godaan keindahan materi. Dan Allah yang lebih mengetahui niat hamba-hamba-Nya.

Semoga Kita Bisa Meneladaninya, Semoga Artikel ini Bermanfaat..amin

27 Februari 2013

ABU NAWAS : PENYAIR HUMOR MUSLIM DAN SUFI


" Ilahi lastu lilfirdausi ahla wala aqwa 'ala naril jahimi Fahab li tawbatan waghfir dzunubi fainaka ghafirud dzanbil adzimi. "


Senandung syair yang menyentuh hati itu mengalun begitu merdu. Sembari menunggu datangnya shalat Maghrib dan Subuh, para jamaah shalat kerap melantunkan syair itu dengan syahdu di mushala dan masjid. Meski syair itu telah berumur hampir 11 abad, namun tampaknya tetap akan abadi.

Syair pengingat dosa dan kematian itu boleh dibilang begitu melegenda, seperti nama besar pengarangnya Abu Nuwas yang hingga kini tetap dikenang dan diperbincangkan. Abu Nuwas atau Abu Nawas adalah seorang penyair Islam termasyhur di era kejayaan Islam.

Orang Indonesia begitu akrab dengan sosok Abu Nuwas lewat cerita-cerita humor bijak dan sufi. Sejatinya, penyair yang bernama lengkap Abu Nuwas Al-Hasan bin Hini Al-Hakami itu memang seorang humoris yang lihai dan cerdik dalam mengemas kritik berbungkus humor.

Penyair yang dikenal cerdik dan nyentrik itu tak diketahui secara pasti tempat dan waktu kelahirannya. Diperkirakan, Abu Nuwas terlahir antara tahun 747 hingga 762 M. Ada yang menyebut tanah kelahirannya di Damaskus, ada pula yang meyakini Abu Nuwas berasal dari Bursa. Versi lainnya menyebutkan dia lahir di Ahwaz.

Yang jelas, Ayahnya bernama Hani seorang anggota tentara Marwan bin Muhammad atau Marwan II- Khalifah terakhir bani Umayyah di Damaskus. Sedangkan ibunya bernama Golban atau Jelleban seorang penenun yang berasal dari Persia. Sejak lahir hingga tutup usia, Abu Nuwas tak pernah bertemu dengan sang ayah.

Ketika masih kecil, sang ibu menjualnya kepada seorang penjaga toko dari Yaman bernama, Sa'ad Al-Yashira. Abu Nuwas muda bekerja di toko grosir milik tuannya di Basra, Irak. Sejak remaja, otak Abu Nuwas yang encer menarik perhatian Walibah ibnu A-Hubab, seorang penulis puisi berambut pirang. Al-Hubab pun memutuskan untuk membeli dan membebaskan Abu Nuwas dari tuannya.

Sejak itu, Abu Nuwas pun terbebas dari statusnya sebagai budak belian. Al-Hubab pun mengajarinya teologi dan tata bahasa. Abu Nuwas juga diajari menulis puisi. Sejak itulah, Abu Nuwas begitu tertarik dengan dunia sastra. Ia kemudian banyak menimba ilmu dari seorang penyair Arab bernama Khalaf Al-Ahmar di Kufah.

Sang guru memerintahkannya untuk berdiam di padang pasir bersama orang-orang badui untuk mendalami dan memperhalus pengetahuan bahasa Arabnya selama satu tahun. Setelah itu, dia hijrah ke Baghdad yang merupakan metropolis intelektual abad pertengahan di era kepemimpinan Khalifah Harun Ar-Rasyid.

Sebagai penyair yang nyentrik, masa mudanya penuh dengan gaya hidup yang kontroversial, sehingga membuat Abu Nawas tampil sebagai tokoh yang unik dalam khazanah sastra Arab Islam. Ketika masih muda, puisi-puisi yang dikarangnya kerap diinspirasi khammar (minuman keras), salah satunya khumrayat (penggambaran minuman keras). Adalah Dr Muhammad al-Nuwaihi dalam kitabnya Nafsiyyat Abi Nuwas menyebutkan Abu Nawas sangat tergantung pada minuman keras.

Sebagai penyair, tingkah laku Abu Nawas bisa disebut aneh, bahkan slebor. Tingkah lakunya membuat orang selalu mengaitkan karyanya dengan gejolak jiwanya. Ditambah sikapnya yang jenaka, perjalanan hidupnya benar-benar penuh warna. Namun, di mata Ismail bin Nubakht Abu Nuwas adalah seorang yang cerdas dan kaya pengetahuan.

''Saya tak pernah melihat orang yang mau belajar lebih luas dibanding Abu Nuwas. Tak ada seorang pun. Dengan ingatan yang sangat kaya, namun koleksi bukunya sangat sedikit. Setelah dia tutup usia, kami mencari rumahnya dan hanya menemukan sebuah buku di rumahnya,'' papar Ismail bin Nubakht dalam catatannya.

Berbekal kepiawaiannya menulis puisi, Abu Nawas bisa berkenalan dengan para pangeran. Sejak dekat para bangsawan, puisi-puisinya berubah memuja penguasa. Dalam kitab Al-Wasith fil Adabil 'Arabi wa Tarikhihi, Abu Nawas digambarkan sebagai penyair multivisi, penuh canda, berlidah tajam, pengkhayal ulung, dan tokoh terkemuka sastrawan angkatan baru.

Karir Abu Nuwas di dunia sastra pun makin kinclong setelah kepandaiannya menulis puisi menarik perhatian Khalifah Harun Al-Rasyid. Melalui perantara musikus istana, Ishaq al-Wawsuli, Abu Nawas akhirnya didapuk menjadi penyair istana (sya'irul bilad). Abu Nawas pun diangkat sebagai pendekar para penyair. Tugasnya menggubah puisi puji-pujian untuk khalifah.

Kegemarannya bermain kata-kata dengan selera humor yang tinggi membuatnya menjadi seorang legenda. Namanya juga tercantum dalam dongeng 1001 malam. Meski sering ngocol, ia adalah sosok yang jujur. Tak heran, bila dia disejajarkan dengan tokoh-tokoh penting dalam khazanah keilmuan Islam.

Kedekatannya dengan khalifah berakhir di penjara. Suatu ketika Abu Nawas membaca puisi Kafilah Bani Mudhar yang membuat khalifah tersinggung dan murka. Ia lantas di penjara. Setelah bebas, dia mengabdi kepada Perdana Menteri Barmak. Ia hengkang dari Baghdad setelah kejayaan Barmak jatuh pada tahun 803 M. Setelah itu, ia hijrah ke Mesir dan menggubah puisi untuk Gubernur Mesir, Khasib bin Abdul Hamid al-Ajami. Abu Nuwas akhirnya kembali lagi ke Baghdad, setelah Harun al-Rasyid meninggal dan digantikan Al-Amin.

Sejak mendekam di penjara, puisi-puisi Abu Nawas berubah menjadi religius. Kepongahan dan aroma kendi tuaknya meluntur, seiring dengan kepasrahannya kepada kekuasaan Allah. Syair-syairnya tentang pertobatan bisa dipahami sebagai salah satu ungkapan rasa keagamaannya yang tinggi.

Sajak-sajak tobatnya bisa ditafsirkan sebagai jalan panjang menuju Tuhan. Puisi serta syair yang diciptakannya menggambarkan perjalanan spiritualnya mencari hakikat Allah. Kehidupan rohaniahnya terbilang berliku dan mengharukan. Setelah 'menemukan' Allah, inspirasi puisinya bukan lagi khamar, melainkan nilai-nilai ketuhanan. Di akhir hayatnya, ia menjalani hidup zuhud. Seperti tahun kelahirannya yang tak jelas, tahun kematiannya terdapat beragam versi antara 806 M hingga 814 M. Ia dimakamkan di Syunizi, jantung Kota Baghdad.
 

15 Januari 2013

Daftar Nama-Nama Ilmuwan Muslim Dunia Dari Tahun 800 Sampai 1600, Penemu – Penemu Islam Dalam Berbagai Bidang Ilmu Pengetahuan Untuk Menukir Sejarah Pada Masa Keemasan Islam

Posted: 15 januari 2013 in Kisah & Sejarah Islam
Kaitkata:, , , , , , , , , , , , , ,

Ilmuwan Islam
Ilmuwan-Islam
Dengan menukir ke masa keemasan islam pada masa yang silam, sejenak tentu kita bangga mengetahui bahwa segala macam ilmu yang ada pada kita saat sekarang ini adalah berkat jasa-jasa ilmuwan muslim dunia yang sudah hampir seribu tahun yang lalu, ketika umat muslim adalah pembawa obor pengetahuan pada zaman kegelapan. Mereka menciptakan peradaban Islam, didorong oleh penelitian dan penemuan ilmiah, yang membuat bagian dunia lainnya iri selama berabad-abad.

Dalam kata-kata Carli Fiorina, seorang CEO Hewlett Packard yang visioner dan berbakat tinggi, “Adalah para arsitek yang mendesign bangunan-bangunan yang mampu melawan gravitasi. Adalah para matematikawan yang menciptakan aljabar dan algoritma yang dengannya komputer dan enkripsi data dapat tercipta. Adalah para dokter yang memeriksa tubuh manusia, dan menemukan obat baru untuk penyakit. Adalah para astronom yang melihat ke langit, memberi nama bintang-bintang, dan membuka jalan bagi perjalanan dan eksplorasi antariksa. Adalah para sastrawan yang menciptakan ribuan kisah; kisah-kisah perjuangan, percintaan dan keajaiban. Ketika negeri lain takut akan gagasan-gagasan, peradaban ini berkembang pesat dengannya dan membuat mereka penuh energi. Ketika ilmu pengetahuan terancam dihapus akibat penyensoran oleh peradaban sebelumnya, peradaban ini menjaga ilmu pengetahuan tetap hidup, dan menyebarkannya kepada peradaban lain. Tatkala peradaban barat modern sedang berbagi pengetahuan ini, peradaban yang sedang saya bicarakan ini adalah dunia Islam bermula pada tahun 800 hingga 1600, yang termasuk di dalamnya Dinasti Ottoman dan kota Baghdad, Damaskus dan Kairo, dan penguasa agung seperti Sulaiman yang Bijak. Walaupun kita sering kali tidak menyadari hutang budi kita kepada peradaban ini, sumbangsihnya merupakan bagian dasar dari kebudayaan kita. Teknologi industri tidak akan pernah hadir tanpa kontribusi para matematikawan arab.”

Sebenarnya, sangatlah sulit untuk mencari bidang ilmu pengetahuan yang tidak berhutang budi kepada para pionir ini. Di bawah ini adalah daftar singkat, tanpa bermaksud menyatakannya sebagai yang terlengkap, para ilmuwan muslim dari abad 8 hingga abad 14.


701 (Meninggal) * Khalid Ibn Yazeed * Ilmuwan kimia
721-803 * Jabir Ibn Haiyan * Ilmuwan kimia (Seorang ilmuwan kimia muslim populer)
740 * Al-Asma’i * Ahli ilmu hewan, ahli tumbuh-tumbuhan, ahli pertanian
780 * Al-Khwarizmi (Algorizm) * Matematika (Aljabar, Kalkulus), Astronomi
Kitab al-Hayawan. Sebuah kitab berisi ensklopedia berbagai jenis binatang karya ahli ilmu hewan muslim al-Jahiz. Pada kitab ini al-Jahiz memaparkan berbagai macam teori, salah satunya mengenai interaksi antara hewan dengan lingkungannya.
776-868 * Amr Ibn Bahr al-Jahiz * Ahli ilmu hewan
787 * Al Balkhi, Ja’far Ibn Muhammad (Albumasar) * Astronomi
796 (Meninggal) * Al-Fazari, Ibrahim Ibn Habib * Astronomi
800 * Ibn Ishaq Al-Kindi (Alkindus) * Kedokteran, Filsafat, Fisika, Optik
815 * Al-Dinawari, Abu Hanifa Ahmed Ibn Dawud * Matematika, Sastra
816 * Al Balkhi * Ilmu Bumi (Geography)
836 * Thabit Ibn Qurrah (Thebit) * Astronomi, Mekanik, Geometri, Anatomi
838-870 * Ali Ibn Rabban Al-Tabari * Kedokteran, Matematika
852 * Al Battani Abu Abdillah * Matematika, Astronomi, Insinyur
857 * Ibn Masawaih You’hanna * Kedokteran
858-929 * Abu Abdullah Al Battani (Albategnius) * Astronomi, Matematika
860 * Al-Farghani, Abu al-Abbas (Al-Fraganus) * Astronomy, Tehnik Sipil
864-930 * Al-Razi (Rhazes) * Kedokteran, Ilmu Kedokteran Mata, Ilmu Kimia
973 (Meninggal) * Al-Kindi * Fisika, Optik, Ilmu Logam, Ilmu Kelautan, Filsafat
888 (Meninggal) * Abbas Ibn Firnas * Mekanika, Ilmu Planet, Kristal Semu
900 (Meninggal) * Abu Hamed Al-Ustrulabi * Astronomi
903-986 * Al-Sufi (Azophi) * Astronomi
908 * Thabit Ibn Qurrah * Kedokteran, Insinyur
912 (Meninggal) * Al-Tamimi Muhammad Ibn Amyal (Attmimi) * Ilmu Kimia
923 (Meninggal) * Al-Nirizi, AlFadl Ibn Ahmed (Altibrizi) * Matematika, Astronomi
930 * Ibn Miskawayh, Ahmed Abu Ali * Kedokteran, Ilmu Kimia
932 * Ahmed Al-Tabari * Kedokteran
934 * Al-Istakhr II * Ilmu Bumi (Peta Bumi)
936-1013 * Abu Al-Qosim Al-Zahravi (Albucasis) * Ilmu Bedah, Kedokteran
940-997 * Abu Wafa Muhammad Al-Buzjani * Matematika, Astronomi, Geometri
943 * Ibn Hawqal * Ilmu Bumi (Peta Dunia)
950 * Al Majrett’ti Abu al-Qosim * Astronomi, Ilmu Kimia, Matematika
958 (Meninggal) * Abul Hasan Ali al-Mas’udi * Ilmu Bumi, Sejarah
960 (Meninggal) * Ibn Wahshiyh, Abu Bakar * Ilmu Kimia, Ilmu Tumbuh-tumbuhan
965-1040 * Ibn Al-Haitham (Alhazen) * Fisika, Optik, Matematika
973-1048 * Abu Rayhan Al-Biruni * Astronomy, Matematika, Sejarah, Sastra
976 * Ibn Abil Ashath * Kedokteran
980-1037 * Ibn Sina (Avicenna) * Kedokteran, Filsafat, Matematika, Astronomi
983 * Ikhwan A-Safa (Assafa) * (Kelompok Ilmuwan Muslim)
1001 * Ibn Wardi * Ilmu Bumi (Peta Dunia)
1008 (Meninggal) * Ibn Yunus * Astronomy, Matematika.
1019 * Al-Hasib Alkarji * Matematika
1029-1087 * Al-Zarqali (Arzachel) * Matematika, Astronomi, Syair
1044 * Omar Al-Khayyam * Matematika, Astronomi, Penyair
1060 (Meninggal) * Ali Ibn Ridwan Abu Hassan Ali * Kedokteran
1077 * Ibn Abi Sadia Abul Qasim * Kedokteran
1090-1161 – Ibn Zuhr (Avenzoar) * Ilmu Bedah, Kedokteran
1095 – Ibn Bajah, Mohammed Ibn Yahya (Avenpace) * Astronomi, Kedokteran
1097 – Ibn Al-Baitar Diauddin (Bitar) * Ilmu Tumbuh-Tumbuhan, Ilmu Kedokteran
1099 – Al-Idrisi (Dreses) * Ilmu Bumi (Geography), Ahli Ilmu Hewan, Peta Dunia (Peta Pertama)
1110-1185 – Ibn Tufayl, Abubacer Al-Qaysi * Filosofi, Kedokteran
1120 (Meninggal) – Al-Tuhra-ee, Al-Husain Ibn Ali *Ahli Kimia, Penyair
1128 – Ibn Rushd (Averroe’s) * Filosofi, Kedokteran, Astronomi
1135 – Ibn Maymun, Musa (Maimonides) * Kedokteran, Filosofi
1136 – 1206 – Al-Razaz Al-Jazari * Astronomi, Seni, Insinyur mekanik
1140 – Al-Badee Al-Ustralabi * Astronomi, Matematika
1155 (Meningal) – Abdel-al Rahman al Khazin *Astronomi
1162 – Al Baghdadi, Abdel-Lateef Muwaffaq * Kedokteran, Ahli Bumi (Geography)
1165 – Ibn A-Rumiyyah Abul’Abbas (Annabati) * Ahli Tumbuh-tumbuhan
1173 – Rasheed Al-Deen Al-Suri * Ahli Tumbuh-tumbuhan
1180 – Al-Samawal * Matematika
1184 – Al-Tifashi, Shihabud-Deen (Attifashi) *Ahli Logam, Ahli Batu-batuan
1201-1274 – Nasir Al-Din Al-Tusi * Astronomi, Non-Euclidean Geometri
1203 – Ibn Abi-Usaibi’ah, Muwaffaq Al-Din * Kedokteran
1204 (Meninggal) – Al-Bitruji (Alpetragius) * Astronomi
1213-1288 – Ibn Al-Nafis Damishqui * Astronomi
1236 – Kutb Aldeen Al-Shirazi * Astronomi, Ilmu Bumi (Geography)
1248 (Meninggal) * Ibn Al-Baitar * Farmasi, Ahli Tumbuh-tumbuhan (Botany)
1258 – Ibn Al-Banna (Al Murrakishi), Azdi * Kedokteran, Matematika
1262 – Abu al-Fath Abd al-Rahman al-Khazini * Fisika, Astronomi
1273-1331 – Al-Fida (Abdulfeda) * Astronomi, Ilmu Bumi (Geography)
1360 – Ibn Al-Shater Al Dimashqi * Astronomi, Matematika
1320 (Meninggal) – Al Farisi Kamalud-deen Abul-Hassan *Astronomy, Fisika
1341 (Meninggal) – Al Jildaki, Muhammad Ibn Aidamer * Ilmu Kimia
1351 – Ibn Al-Majdi, Abu Abbas Ibn Tanbugha * Matematika, Astronomi
1359 – Ibn Al-Magdi, Shihab Udden Ibn Tanbugha * Matematika, Astronomi

Dengan deretan sarjana muslim seperti itu, tidaklah sulit untuk menyetujui apa yang dikatakan George Sarton, ” Tugas utama kemanusian telah dicapai oleh para muslim. Filosof terbaik, Al-Farabi adalah seorang muslim. Matematikawan terbaik Abul Kamil dan Ibn Sina adalah muslim. Ahli geography (Ilmu Bumi) dan ensklopedia terbaik Al-Masudi adalah seorang muslim dan Al-Tabari ahli sejarah terbaik juga seorang muslim.

Sejarah sebelum Islam dipenuhi dengan perkiraan-perkiraan, desas-desus dan mitos-mitos. Adalah seorang ahli sejarah muslim yang pertama kali memperkenalkan metode sanad dan matan yang melacak keaslian dan keutuhan sebuah informasi langsung dari saksi mata. Menurut seorang ahli sejarah Bucla “Metode ini belumlah dipraktekkan oleh Eropa sebelum tahun 1597.” Metode lainnya: adalah penelitian sejarah bersumber dari ahli sejarah terkemuka Ibn Khaldun. Pengarang dari Kashfuz Zunun memberikan daftar 1300 buku-buku sejarah yang ditulis dalam bahasa Arab pada masa beberapa abad sejak munculnya Islam.
Sekarang lihatlah dunia kaum muslim. Kapankah anda terakhir kali mendengar seorang muslim memenangkan hadiah Nobel dalam bidang ilmu pengetahuan dan kedokteran? Bagaimana dengan publikasi ilmiah? Sayangnya, anda tidak akan menemukan banyak nama kaum Muslim dalam bidang ilmu pengetahuan dan makalah-makalah ilmiah. Apa yang kurang? Alasan apa yang kita miliki?

Sebuah publikasi yang baru saja diterbitkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menanggapi pembangunan di wilayah Arab mengemukakan bahwa dunia Arab yang terdiri dari 22 negara menerjemahkan 330 buku per tahun. Angka itu sangat menyedihkan, hanya seperlima dari jumlah buku-buku yang diterjemahkan oleh sebuah negara kecil Yunani dalam setahunnya! (Spanyol menerjemahkan rata-rata 100,000 buku setiap tahunnya). Mengapa ada alergi atau keengganan untuk menerjemahkan ilmu yang asal-muasalnya berasal dari nenek moyang kita sendiri untuk mendapatkan kembali warisan terdahulu dengan menganalisa, mengumpulkan, menyempurnakan dan menyalurkan ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi umat manusia.


8 Januari 2013

PERANG DIJALAN ALLAH




"Dituliskan (ditetapkan) bagi kamu berperang, walaupun ia adalah kebencian bagi kamu, dan mungkin kamu benci sesuatu yang lebih baik bagi kamu, dan mungkin kamu suka sesuatu yang lebih buruk bagi kamu; Allah tahu, dan kamu tidak tahu" (2:216).

Membunuh beramai-ramai dalam peperangan boleh jadi suatu kebaikan bagi manusia walaupun mereka tidak suka. Lain dengan mereka yang menyukainya, kerana ingin mati syahid, peperangan mungkin jadi suatu keburukan bagi mereka pula.

Perang dalam Islam ditetapkan Allah, dan berlandaskan di jalan-Nya, ke atas orang-orang yang memerangi. Ketetapan tersebut terkandung di dalam al-Qur'an berbunyi,

"Dan berperanglah di jalan Allah terhadap orang-orang yang memerangi kamu, dan janganlah kamu mencabuli; sesungguhnya Allah tidak suka orang-orang yang mencabul." (2:190)

Turut diingatkan kepada mereka yang berperang supaya tidak mencabuli segala yang ditetapkan Allah, seperti pada dasarnya, iaitu berperang untuk hapuskan orang-orang yang memerangi.


Pembunuhan ditetapkan

Ditetapkan juga orang-orang yang akan menemui kematian melalui pembunuhan dalam perang. Walaupun berada di rumah, mereka akan tetap keluar berperang dan kemudian dibunuh. Firman-Nya,

"Katakanlah, 'Sekiranya kamu berada di dalam rumah-rumah kamu, orang-orang yang kepadanya pembunuhan telah dituliskan, akan pergi juga sampai di tempat tidur mereka yang terakhir'" (3:154).


Ujian

Umat diuji dengan perang, terhadap apa yang terkandung di dalam hati mereka. Dengannya pun Allah menguji sebahagian manusia dengan sebahagian lain. Dua ayat berikut menjelaskan:

"dan supaya Allah uji apa yang di dalam dada kamu, dan supaya Dia buktikan apa yang di dalam hati kamu; dan Allah tahu apa yang di dalam dada." (3:154)

"Demikianlah, dan jika Allah kehendaki, tentu Dia Sendiri akan menolong mereka; tetapi supaya Dia uji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain." (47:4)


Gesa

Beban perang adalah ke atas setiap mukmin, dan mereka digesa untuk pergi berperang sambil berdoa semoga Allah menahan kekuatan orang-orang tidak percaya. Firman-Nya,

"Maka berperanglah kamu di jalan Allah; kamu tidak dibebani kecuali dengan diri kamu sendiri. Dan gesalah orang-orang mukmin, mudah-mudahan Allah akan tahan kekuatan orang-orang yang tidak percaya, dan Allah adalah lebih kuat dalam kekuatan, lebih keras dalam hukuman." (4:84)

Nabi turut disuruh Allah menggesa orang-orang mukmin. Mereka harus sabar, kerana kumpulan yang sedikit mampu kalahkan kumpulan sepuluh kali ganda lebih ramai. Demikian dijelaskan oleh ayat al-Qur'an bermaksud,

"Wahai Nabi, gesalah orang-orang mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh antara kamu, orang-orang yang sabar, mereka akan kalahkan dua ratus; jika ada antara kamu seratus, mereka akan kalahkan seribu orang yang tidak percaya, kerana mereka adalah kaum yang tidak faham." (8:65)

Apabila terdapat kelemahan di kalangan orang-orang mukmin mereka hanya dapat kalahkan musuh dua kali ganda lebih ramai. Maksud firman Tuhan,

"Sekarang Allah meringankan untuk kamu, dengan mengetahui bahawa pada kamu ada kelemahan. Jika ada seratus antara kamu, orang-orang yang sabar, mereka akan kalahkan dua ratus; jika ada antara kamu seribu, mereka akan kalahkan dua ribu, dengan izin Allah; Allah berserta orang-orang yang sabar." (8:66)

Apapun, musuh tetap dikalahkan dengan syarat orang-orang mukmin sabar.

Bukan sahaja menggesa orang-orang mukmin untuk berperang, malah, Nabi sendiri seiring turun padang melawan orang-orang yang memerangi. Ramai antara para Nabi telah berperang, dan orang-orang yang bersama mereka tidak jadi lemah atas apa yang menimpa mereka di jalan Allah. Firman-Nya,

"Dan berapa ramainya Nabi yang bersamanya ramai telah berperang, dan mereka yang ber-Pemelihara tidak jadi lemah kerana apa yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lemah, dan tidak juga tunduk; dan Allah suka orang-orang yang sabar." (3:146)


Takut

Antara yang diseru terdapat mereka yang takut pergi berperang dan mohon ditangguhkan. Kepada mereka diingatkan supaya bertakwa (takut kepada Tuhan) dan bahawa akhirat lebih baik daripada kesenangan dunia yang sedikit. Firman-Nya,

"Kemudian sejurus setelah perang dituliskan bagi mereka, ada segolongan daripada mereka takut pada manusia seperti mereka akan takut kepada Allah, atau dengan lebih takut, dan mereka berkata, 'Wahai Pemelihara kami, mengapakah Engkau tuliskan perang untuk kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan kami ke suatu tempoh yang dekat?' Katakanlah, 'Kesenangan dunia ini sedikit, dan akhirat adalah lebih baik bagi orang yang takwa, dan kamu tidak akan dizalimi sedikit pun.'" (4:77)

Mereka itu orang-orang yang tidak percaya dan tidak bertakwa kepada Allah.

Di kalangan orang-orang yang percaya pun ada yang takut, kerana di dalam hati ada penyakit, seperti ragu-ragu. Firman-Nya,

"Orang-orang yang percaya berkata, 'Mengapa satu surah tidak diturunkan?' Kemudian, apabila satu surah yang jelas diturunkan, dan di dalamnya perang disebut, kamu lihat orang-orang di dalam hati mereka ada penyakit memandang kepada kamu dengan pandangan seorang yang ditutupi dengan kematian padanya;" (47:20)

Mereka tidak patut jadi begitu. Yang patut bagi mereka - "Ketaatan, dan ucapan yang baik" (47:21).

Orang-orang munafik pula beri alasan dengan mengatakan tidak tahu bagaimana hendak berperang. Demikian dijelaskan oleh ayat berikut,

"Dan supaya Dia tahu orang-orang munafik apabila dikatakan kepada mereka, 'Marilah berperang di jalan Allah, atau menangkislah.' Mereka berkata, 'Sekiranya kami tahu bagaimana hendak berperang, tentu kami ikuti kamu.'" (3:167)


Berpaling

Golongan yang dikecualikan daripada ambil bahagian dalam peperangan didapati sedikit. Mereka disebut di dalam ayat berbunyi,

"Tidak salah ke atas orang buta, dan tidak salah ke atas orang cacat, dan tidak salah ke atas orang sakit. Dan sesiapa mentaati Allah dan rasul-Nya, Dia akan masukkannya ke taman-taman yang di bawahnya mengalir sungai-sungai; tetapi sesiapa berpaling, dialah yang Dia akan azab dengan azab yang pedih." (48:17)

Oleh itu kaum perempuan, kanak-kanak, dan orang-orang tua, turut ambil bahagian dalam peperangan, mungkin dengan tidak memegang senjata tetapi sebagai kumpulan sokongan.

Selain daripada mereka, sekumpulan orang-orang mukmin harus tinggal di belakang untuk menjadi arif dalam agama supaya dapat beri amaran kepada kaum mereka apabila mereka pulang dari medan peperangan. Firman-Nya,

"Tidak patut bagi orang-orang mukmin pergi kesemuanya; tetapi mengapa sekumpulan daripada tiap-tiap golongan antara mereka tidak pergi untuk menjadi arif dalam agama, dan untuk beri amaran kepada kaum mereka apabila mereka kembali kepada mereka, supaya mereka berawas-awas?" (9:122)

Bagi orang-orang yang berpaling daripada peperangan pula, mereka akan diazab Allah dengan azab yang pedih.


Diperangi

Telah ditetapkan oleh Allah orang-orang yang diperangi. Antara mereka, golongan tidak percaya kepada-Nya, jadi sebutan pertama di sini:

"Orang-orang yang percaya berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang tidak percaya berperang di jalan Thagut. Maka perangilah wali-wali (sahabat-sahabat) syaitan; sesungguhnya muslihat syaitan lemah." (4:76)

Orang-orang tidak percaya berperang di jalan Thagut, iaitu suatu yang dihalakan dalam kepercayaan, bukan Allah. Mereka adalah sahabat-sahabat syaitan dengan muslihat amat lemah, dan patut diperangi, bermula dengan yang dekat. Firman-Nya,

"Wahai orang-orang yang percaya, perangilah orang-orang yang tidak percaya yang dekat dengan kamu, dan hendaklah mereka dapati pada kamu ketegasan; dan ketahuilah bahawa Allah berserta orang-orang yang takwa." (9:123)

Allah menolong orang-orang yang takwa, atau takut kepada-Nya. Selanjutnya, Dia mengatakan bahawa orang-orang tidak percaya akan lari dari medan peperangan. Maksud kata-kata-Nya:

"Jika orang-orang yang tidak percaya memerangi kamu, tentu mereka berpaling ke belakang, dan kemudian dapati tiada wali (pelindung), dan tiada juga penolong." (48:22)

Akan tetapi keadaan tidak jadi begitu pada hari ini, kerana yang memerangi mereka disyaki orang-orang yang tidak bertakwa.

Orang-orang sekutukan Allah, yang memerangi, jadi golongan ketiga diperangi. Firman-Nya,

"Dan perangilah orang-orang yang menyekutukan kesemuanya sebagaimana mereka memerangi kamu kesemuanya; dan ketahuilah bahawa Allah berserta orang-orang yang takwa." (9:36)

Lagi disebut bahawa Allah akan menolong orang-orang yang takwa. Seterusnya, golongan ketiga diperangi ialah orang-orang munafik dan mereka yang di dalam hati ada penyakit, dan lain, yang tidak berhenti buat kegemparan di kota. Firman-Nya,

"Sungguh, jika orang-orang munafik tidak berhenti, dan orang-orang di dalam hati mereka ada penyakit, dan mereka yang buat kegemparan di kota, pasti Kami akan mendesak kamu untuk menyerang mereka, kemudian tidaklah mereka jadi jiran kamu di situ, kecuali sedikit. Mereka dilaknat, dan di mana sahaja mereka dijumpai, mereka diambil dan dibunuh, dibunuh.
Sunnah (resam) Allah pada orang-orang yang telah berlalu sebelum kamu; dan kamu akan dapati tiada pertukaran pada sunnah Allah." (33:60-62)

Justeru, kejahatan tersebut dianggap seperti memerangi orang lain. serang orang-orang yang lakukannya adalah sunnah Allah dari zaman purba hingga ke zaman sekarang, dengan tidak berubah.

Orang-orang munafik ingin jadikan orang-orang lain percaya sebagaimana mereka percaya. Mereka dibunuh, tidak dijadikan sahabat, dan tidak dijadikan penolong. Firman-Nya,

"Mereka (orang munafik) beringinkan kamu jadi tidak percaya, sebagaimana mereka tidak percaya, dan kemudian kamu jadi sama dengan mereka; maka janganlah ambil untuk kamu wali-wali (sahabat-sahabat) daripada mereka, sehingga mereka hijrah di jalan Allah. Kemudian, jika mereka berpaling, ambillah mereka, dan bunuhlah mereka di mana sahaja kamu dapati mereka, dan janganlah ambil untuk kamu sesiapa daripada mereka sebagai wali atau penolong," (4:89)

Golongan keempat ialah orang-orang diberi al-Kitab, yang tidak mengharamkan apa yang sudah ditetapkan sebagai haram serta tidak beragama dengan agama yang benar. Firman-Nya,

"Perangilah orang-orang yang tidak percayai Allah dan Hari Akhir, dan tidak mengharamkan apa yang Allah dan rasul-Nya haramkan, dan mereka tidak beragama dengan agama yang benar, daripada orang-orang yang diberi al-Kitab, sehingga mereka memberi ufti daripada tangan, dan mereka direndahkan." (9:29)

Mereka diperangi dalam peperangan (menurut konteks ayat), sampai mereka kalah dan bayar ufti.

Sekumpulan lagi dalam golongan orang-orang diberi al-Kitab yang diperangi adalah orang-orang mukmin. Mereka yang diperangi terdiri daripada yang angkuh dalam pergaduhan (peperangan) sesama sendiri, menurut ketetapan Allah berbunyi,

"Jika dua golongan orang-orang mukmin berperang (atau berperang), betulkanlah antara mereka; kemudian, jika satu daripada mereka angkuh terhadap yang lain, perangilah yang angkuh, sehingga mereka kembali kepada perintah Allah. Jika ia kembali maka betulkanlah antara mereka dengan adil, dan berlakuadillah. Sesungguhnya Allah suka orang-orang yang adil." (49:9)

Perkataan bergaduh, sepertimana bunuh dan perang, terbit daripada akar yang serupa, maka ia boleh diertikan sebagai berperang juga. (Sila lihat kalimat Bunuh. Terima kasih.)


Sebab

Sebab berperang selanjutnya ialah melawan orang-orang yang memerangi Allah dan rasul-Nya, dan yang berusaha di bumi untuk buat kerosakan. Firman Tuhan,

"Sesungguhnya balasan ke atas orang-orang yang memerangi Allah dan rasul-Nya, dan yang berusaha di bumi untuk buat kerosakan - mereka dibunuh, atau disalib, atau tangan-tangan mereka dan kaki-kaki mereka dipotong berselang-seli, atau mereka dibuang daripada bumi. Itulah suatu kerendahan bagi mereka di dunia; dan di akhirat, bagi mereka azab yang besar." (5:33)

Mereka direndahkan di dunia di tangan orang-orang mukmin, dan di akhirat mereka akan menerima azab yang besar.

Berjuang untuk hapuskan penganiayaan terhadap kebebasan mengamalkan agama Allah jadi satu lagi sebab untuk berperang. Penganiayaan dilakukan oleh orang-orang tidak percaya. Selagi penganiayaan wujud dan agama tidak untuk Allah sepenuhnya, selagi itu, perang diteruskan. Firman-Nya,

"Perangilah mereka (orang-orang tidak percaya) sehingga tidak ada lagi penganiayaan, dan agama semuanya untuk Allah; kemudian jika mereka berhenti, maka sesungguhnya Allah lihat apa mereka buat." (8:39)

Orang-orang tidak percaya seterusnya didapati menghalang jalan Allah, dan tidak percaya kepada-Nya dan Masjidil Haram, serta mengusir keluar penduduknya. Mereka berperang untuk memalingkan agama orang-orang mukmin, dan tidak akan berhenti memerangi selagi boleh. Ayat berikut jelaskannya:

"tetapi untuk menghalang jalan Allah, dan tidak percaya kepada-Nya, dan Masjidil Haram, dan mengusir penduduknya daripadanya, adalah lebih berat pada pandangan Allah; dan penganiayaan (fitnah) adalah lebih berat daripada pembunuhan. Mereka tidak akan berhenti memerangi kamu hingga mereka palingkan kamu daripada agama kamu, jika mereka boleh." (2:217)

Terhadap orang-orang tidak percaya yang mengusir penduduk, atau lakukan penganiayaan, mereka dibunuh di mana sahaja dijumpai kecuali di Masjidil Haram, dan diusir daripada tempat orang-orang yang mereka usir. Firman Tuhan,

"Dan bunuhlah mereka di mana sahaja kamu jumpa mereka, dan usirlah mereka dari mana sahaja mereka mengusir kamu; penganiayaan (fitnah) adalah lebih besar daripada pembunuhan, dan janganlah memerangi mereka di Masjidil Haram sehingga mereka memerangi kamu di dalamnya. Kemudian, jika mereka memerangi kamu, bunuhlah mereka. Itulah balasan ke atas orang-orang yang tidak percaya." (2:191)

Mungkiri sumpah dan perjanjian, dan membidas agama serta mengusir rasul yang dilakukan oleh orang-orang sekutukan Tuhan, yang sekali gus jadi orang-orang tidak percaya (kafir) turut jadi sebab berperang. Firman-Nya,

"Tetapi jika mereka (orang-orang yang menyekutukan) mungkiri sumpah-sumpah mereka setelah perjanjian mereka, dan membidas agama kamu, maka perangilah imam-imam (ketua-ketua) orang-orang yang tidak percaya; bagi mereka tidak ada sumpah, supaya mereka berhenti.
Tidakkah kamu akan memerangi kaum yang mungkiri sumpah-sumpah mereka, dan bermaksud untuk mengusir rasul, memulakan pada kali pertama terhadap kamu? Adakah kamu takut pada mereka? Adalah lebih baik bagi kamu untuk menakuti Allah, jika kamu orang-orang mukmin.
Perangilah mereka, dan Allah akan azab mereka di tangan kamu, dan aibkan mereka, dan Dia akan menolong kamu terhadap mereka, dan datangkan penyembuhan bagi dada kaum yang mukmin." (9:12-14)

Mereka tidak harus ditakuti. Allah mengazab mereka di tangan orang-orang mukmin yang diberi pertolongan-Nya.

Kezaliman yang dilakukan di muka bumi jadi satu lagi sebab untuk berperang. Orang-orang yang dizalimi diizinkan Allah berperang melawan orang-orang yang menzalimi mereka. Perang di jalan Allah juga atas kezaliman dilakukan ke atas orang-orang lain. Dua ayat Allah menjelaskan:

"Diizinkan kepada orang-orang yang memerangi kerana mereka dizalimi; sesungguhnya Allah berkuasa untuk menolong mereka," (22:39)

"Bagaimanakah dengan kamu, bahawa kamu tidak mahu berperang di jalan Allah untuk lelaki-lelaki, dan perempuan-perempuan, dan kanak-kanak, yang dihinakan, yang berkata, "Wahai Pemelihara kami, keluarkanlah kami daripada bandaraya ini yang penduduknya zalim, dan lantikkanlah bagi kami seorang wali (pelindung) daripada sisi Engkau, dan lantikkanlah bagi kami, daripada sisi Engkau, seorang penolong.'" (4:75)


Pukul

Di samping beri sebab-sebab untuk berperang, Allah ajar di mana musuh harus dipukul, dan apa harus dilakukan ke atas sesetengah mereka, seperti disalib dan sebagainya. Firman-firman Tuhan yang menjelaskan berbunyi,

"Apabila kamu bertemu orang-orang yang tidak percaya, pukullah leher mereka," (47:4)

"Sesungguhnya balasan ke atas orang-orang yang memerangi Allah dan rasul-Nya, dan yang berusaha di bumi untuk buat kerosakan - mereka dibunuh, atau disalib, atau tangan-tangan mereka dan kaki-kaki mereka dipotong berselang-seli, atau mereka dibuang daripada bumi." (5:33)

Perbuatan menyalib, memotong tangan dan kaki, atau membuang negeri ke atas manusia hanya dilakukan dalam peperangan.


Taktik

Berperang di jalan Allah diatur dalam barisan-barisan, atau unit-unit, menurut ayat berbunyi,

"Allah suka orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan-barisan, seakan-akan mereka sebuah bangunan yang padu" (61:4).

Orang paling tahu apa yang dimaksudkan itu adalah anggota tentera. Biar mereka yang mengatur barisan, dan taktik bakal digunakan. Satu lagi taktik ditunjukkan Allah ialah menghamburkan orang-orang yang berada di belakang. Ia disebut di dalam ayat berbunyi,

"Maka, jika kamu jumpa mereka di mana-mana dalam peperangan, hamburkanlah orang-orang yang di belakang mereka, supaya mereka mengingati." (8:57)

Berundur semasa perang diizinkan Allah, iaitu dengan tujuan untuk berperang lagi, atau bergabung dengan pasukan lain. Sebab lain untuk berundur akan menemui beban kemurkaan Allah dan Jahanam sebagai tempat tinggal. Firman-Nya,

"Sesiapa yang memalingkan belakangnya pada hari itu kepada mereka, kecuali berundur untuk berperang lagi, atau beralih untuk bergabung dengan pasukan lain, dia dipenuhi beban kemurkaan Allah, dan tempat menginapnya ialah Jahanam - satu kepulangan yang buruk!" (8:16)

Mereka lari kerana takut mati, dan akan diberi hanya sedikit kesenangan hidup. Firman Tuhan,

"Katakanlah, 'Lari tidak manfaat kepada kamu, jika kamu lari daripada kematian atau pembunuhan, jika demikian, tidaklah kamu diberi kesenangan hidup, kecuali sedikit.'" (33:16)


Pertolongan

Pertolongan Allah tetap ada. Al-Qur'an beri tiga contoh. Pertama, Dia bantu dengan seribu malaikat:

"Apabila kamu mohon kepada Pemelihara kamu untuk pertolongan, dan Dia sahut kamu, 'Aku akan bantu kamu dengan seribu malaikat yang datang di belakang kamu.'" (8:9)

Kedua, Dia lemparkan ketakutan yang amat sangat ke dalam hati musuh:

"Dan Dia turunkan orang-orang daripada ahli Kitab yang menyokong mereka dari kubu-kubu mereka, dan lemparkan ketakutan yang amat sangat ke dalam hati mereka; sebahagian kamu bunuh, sebahagian kamu tawan." (33:26)

Dan ketiga, Dia jadikan pasukan kelihatan dua kali lebih banyak:

"Telah pun ada satu ayat bagi kamu pada dua golongan yang bertemu. Segolongan berperang di jalan Allah, dan satu lagi tidak percaya. Mereka melihat mereka dua kali sebanyak mereka, seperti mata melihat, tetapi Allah kukuhkan dengan pertolongan-Nya siapa Dia kehendaki. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah pelajaran bagi orang-orang empunya penglihatan." (3:13)

Dengan pertolongan Allah kemenangan pasti tercapai.

Dalam perang di jalan Allah, yang sebenarnya membunuh dan membaling ialah Allah, sebagai satu kurniaan yang baik bagi orang-orang mukmin. Firman-Nya,

"Kamu tidak bunuh mereka tetapi Allah yang bunuh mereka; dan apabila kamu membaling, bukanlah kamu yang membaling tetapi Allah yang membaling, supaya Dia uji orang-orang mukmin dengan ujian yang baik; sesungguhnya Allah Mendengar, Mengetahui." (8:17)


Tawanan

Sebahagian daripada musuh dibunuh, dan sebahagian lain jadi tawanan. Tawanan dipunyai orang-orang yang pergi berperang. Nabi sendiri tidak dibenarkan ambil tawanan jika tidak pergi berperang. Firman Tuhan,

"Tidak patut bagi seseorang Nabi untuk mempunyai tawanan, sehingga dia membunuh beramai-ramai di bumi, kerana kamu hendaki keuntungan dunia, dan Allah hendaki akhirat; dan Allah Perkasa, Bijaksana." (8:67)

Azab yang besar disediakan jika ambil tawanan tanpa pergi berperang. Firman-Nya,

"tentu telah menyentuh kamu, kerana apa yang kamu ambil, satu azab yang besar." (8:68)

Tawanan tidak dizalimi. Ada yang dibebaskan dan ada dijadikan tebusan, sehingga perang berhenti. Firman-Nya,

"kemudian apabila kamu telah bunuh beramai-ramai di kalangan mereka, kuatkanlah ikatan; kemudian bebaskan mereka, sama ada dengan budi baik atau tebusan, sehingga perang meletakkan bebannya." (47:4)

Mereka didapati pula diberi makan oleh orang-orang yang taat kepada Allah, seperti dinyatakan ayat berbunyi,

"Mereka (orang-orang yang taat) memberi makan, kerana mencintai-Nya, kepada orang miskin, dan anak yatim, dan tawanan,
'Kami memberi makan kepada kamu hanya kerana mengharapkan Wajah Allah; kami tidak hendaki balasan daripada kamu, dan tidak juga kesyukuran,'" (76:8-9)

Selain tawanan, orang yang taat memberi makan kepada orang miskin dan anak yatim, kerana mencintai-Nya, dan tidak mengharapkan balasan mahupun ucap terima kasih.


Rampasan perang

Atau, tawanan diambil sebagai rampasan perang lalu jadi tangan kanan miliki bagi orang-orang yang pergi berjuang. Nabi sendiri telah mengambil dan jadikan antara mereka isterinya. Firman Tuhan,

"Wahai Nabi, Kami telah halalkan untuk kamu isteri-isteri kamu yang kamu sudah beri upah mereka, dan apa yang tangan kanan kamu miliki, yang Allah beri kamu (rampasan perang)," (33:50)

Selain daripada hamba yang diperoleh daripada perang, harta benda, dan bumi atau negeri musuh, ditambah jadi milik. Firman-Nya,

"Dan Dia mewariskan kamu bumi mereka, dan tempat tinggal mereka, dan harta benda mereka, dan bumi yang belum kamu pijak. Allah adalah berkuasa atas segala sesuatu." (33:27)

Sesungguhnya Allah berjanji banyak rampasan perang untuk diambil, di samping Dia menahan tangan-tangan musuh, supaya jadi bukti dan petunjuk kepada jalan lurus. Janji-Nya berbunyi,

"Allah janjikan kamu rampasan perang yang banyak untuk diambil; ini Dia segerakan kepada kamu, dan tahankan tangan-tangan manusia daripada kamu, dan supaya ia jadi satu ayat bagi orang-orang mukmin, dan untuk beri petunjuk kepada kamu pada jalan lurus," (48:20)

Rampasan perang adalah kepunyaan Allah dan rasul, tetapi bukan semua, hanya 20 peratus, yang turut dibahagi dengan pihak-pihak tertentu. Tiga ayat di bawah menjelaskan dengan lanjut:

"Mereka tanya kamu mengenai rampasan perang. Katakanlah, 'Rampasan perang adalah kepunyaan Allah dan rasul;'" (8:1)

"Ketahuilah bahawa apa sahaja rampasan perang yang kamu ambil, satu per limanya kepunyaan Allah, dan kepunyaan rasul, dan kepunyaan sanak saudara yang dekat, dan kepunyaan anak-anak yatim, dan untuk orang-orang miskin, dan musafir, jika kamu percaya kepada Allah dan apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami pada Hari Pembeza, hari dua kumpulan bertemu; dan Allah berkuasa atas segala sesuatu" (8:41)

"Segala apa yang Allah beri rasul-Nya (rampasan perang) daripada penduduk bandaraya-bandaraya adalah kepunyaan Allah, dan rasul-Nya, dan sanak saudara yang dekat, dan anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, dan musafir, supaya ia jangan bergilir antara orang-orang kaya antara kamu." (59:7)

Pembahagian rampasan perang terletak di tangan rasul. Firman-Nya,

"Dan apa sahaja yang Allah beri rasul-Nya (rampasan perang) daripada mereka, terhadap apa yang kamu memacu yang bukan daripada kuda, dan bukan juga unta; tetapi Allah beri kuasa kepada rasul-rasul-Nya terhadap sesiapa Dia kehendaki. Allah berkuasa atas segala sesuatu." (59:6)

"Apa sahaja yang rasul beri kamu, ambillah; apa sahaja yang dia melarang kamu daripadanya, hentikanlah. Dan takutilah Allah; sesungguhnya Allah keras dalam pembalasan sewajarnya." (59:7)

Keuntungan dunia daripada berperang adalah rampasan yang diambil. Segala yang diambil sebagai rampasan perang halal dimakan - "Makanlah daripada apa yang kamu ambil sebagai rampasan perang, yang halal, yang baik; dan kamu takutilah Allah; sesungguhnya Allah Pengampun, Pengasih." (8:69)


Ganjaran di akhirat

Orang-orang yang berperang di jalan Allah sebenarnya menjual kehidupan dunia dengan akhirat. Sama ada mereka dibunuh atau kalahkan musuh, upah yang besar menanti di akhirat. Firman-Nya,

"Maka hendaklah mereka berperang di jalan Allah, yang menjual kehidupan dunia dengan akhirat, dan sesiapa berperang di jalan Allah dan dibunuh, atau mereka kalahkan, kelak Kami akan memberinya upah yang besar." (4:74)

Perang laksana jual beli. Diri orang-orang mukmin yang berperang serta harta mereka dibeli oleh Allah dengan Taman. Itu janji Allah, melalui ayat bermaksud,

"Allah membeli daripada orang-orang mukmin, diri-diri mereka dan harta-harta mereka, dengan Taman; mereka berperang di jalan Allah, mereka membunuh dan mereka dibunuh; itu ialah satu janji yang mengikat-Nya di dalam Taurat, dan Injil, dan al-Qur'an; dan siapakah lebih tepati perjanjiannya daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli kamu yang kamu memperjualbelikan dengan-Nya; itulah kemenangan yang besar." (9:111)

Juga seperti meminjamkan kepada Allah satu pinjaman yang baik, kemudian digandakan-Nya dengan banyak. Firman-Nya,

"Maka berperanglah di jalan Allah, dan ketahuilah bahawa Allah Mendengar, Mengetahui.Siapakah dia yang akan pinjamkan kepada Allah satu pinjaman yang baik, dan Dia akan gandakan untuknya dengan banyak?" (2:244-245)

Ganjaran di akhirat ditambah dengan kejahatan-kejahatan yang dilakukan dapat dilepaskan dengan pergi berperang. Firman Allah,

"'Dan orang-orang yang berhijrah, dan diusir daripada tempat tinggal mereka, dan mereka yang disakiti di jalan-Ku, dan berperang, dan dibunuh, merekalah yang Aku pasti akan lepaskan daripada kejahatan-kejahatan mereka, dan Aku akan masukkan mereka ke taman-taman yang di bawahnya mengalir sungai-sungai'; satu ganjaran daripada Allah, dan Allah, di sisi-Nya sebaik-baik ganjaran." (3:195)

Di samping itu, ampunan dan pengasihan daripada Allah serta amalan yang dibuat tidak disesatkan atau dihilangkan, diperoleh apabila seseorang terbunuh di medan peperangan. Firman-Nya,

"Jika kamu terbunuh, atau mati di jalan Allah, ampunan dan pengasihan daripada Allah adalah lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan." (3:157)

"Dan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah, Dia tidak akan sesatkan amalan-amalan mereka." (47:4)

Sayugia diingatkan iaitu Allah hanya menyebut terbunuh atau mati di jalan Allah, bukan mati syahid seperti diajar sesetengah pihak dalam Islam.

Mereka yang terbunuh di jalan Allah dikatakan tidak mati, menurut ayat berbunyi,

"Janganlah sangka bahawa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah sebagai sudah mati, tetapi hidup di sisi Pemelihara mereka, diberi rezeki oleh-Nya." (3:169)

(Sila rujuk KEMATIAN menurut ajaran al-Qur'an. Terima kasih.)


Larangan

Telah ditentukan Allah beberapa larangan ke atas perang. Pertama, dilarang berperang dalam bulan-bulan haram:

"Mereka tanya kamu mengenai bulan haram dan berperang padanya. Katakanlah, 'Berperang padanya adalah sesuatu yang berat'" (2:217)

"Kemudian, apabila bulan-bulan haram telah pergi, bunuhlah orang-orang yang menyekutukan di mana sahaja kamu dapati mereka, dan ambillah mereka, dan tahanlah mereka, dan tunggulah mereka di tiap-tiap tempat untuk memerangkap mereka. Tetapi jika mereka bertaubat, dan jika mereka lakukan solat, dan beri zakat, maka biarkanlah mereka pergi jalan mereka; sesungguhnya Allah Pengampun, Pengasih." (9:5)

Kedua, dilarang berperang di Masjidil Haram:

"dan janganlah memerangi mereka di Masjidil Haram sehingga mereka memerangi kamu di dalamnya. Kemudian, jika mereka memerangi kamu, bunuhlah mereka. Itulah balasan ke atas orang-orang yang tidak percaya." (2:191)

Ketiga, ke atas mereka yang tidak memerangi dalam agama, dan tidak mengusir daripada tempat tinggal. Mereka bukan sahaja tidak diperangi malah boleh dijadikan sahabat, dan buat baik serta berlaku adil kepada mereka. Firman-Nya,

"Allah tidak melarang kamu terhadap orang-orang yang tidak memerangi kamu dalam agama, dan tidak juga mengusir kamu daripada tempat tinggal kamu, supaya kamu buat baik kepada mereka, dan berlaku adil terhadap mereka; sesungguhnya Allah suka orang yang adil." (60:8)

Terhadap mereka yang sebaliknya, dan menyokong dalam pengusiran, Allah berpesan, "Dan sesiapa yang jadikan mereka sebagai sahabat-sahabat, maka mereka itu, merekalah orang-orang yang zalim." (60:9)

Dan akhir sekali, musuh yang pergi kepada satu kaum yang berhubungan dalam perjanjian dengan kita, turut tidak diperangi. Lagi, mereka yang datang dengan rasa berat untuk memerangi kita atau kaum mereka serta mengadakan perdamaian. Firman-Nya,

"Kecuali orang-orang yang pergi kepada satu kaum yang berhubungan dengan kamu dengan satu perjanjian, atau datang kepada kamu dengan dada rasa sesak daripada memerangi kamu, atau memerangi kaum mereka. Sekiranya Allah hendaki, tentu Dia beri mereka kuasa terhadap kamu, kemudian pasti mereka akan memerangi kamu. Jika mereka undur daripada kamu, dan tidak memerangi kamu, dan lemparkan perdamaian kepada kamu, maka Allah tidak beri sebarang jalan kepada kamu terhadap mereka." (4:90)

Jalan hanya ke atas mereka yang tidak berundur, tidak menjulurkan perdamaian dan tidak menahan tangan-tangan mereka. Firman-Nya,

"Jika mereka tidak berundur daripada kamu, dan tidak lemparkan perdamaian kepada kamu, dan tidak menahan tangan-tangan mereka, maka ambillah mereka, dan bunuhlah mereka di mana sahaja kamu jumpa mereka; terhadap mereka, kami beri kamu satu kuasa yang nyata." (4:91)

Allah beri satu kuasa yang nyata, kuasa membunuh, terhadap mereka.

Perang memerlukan perbelanjaan. Membelanjakan (nafkahkan) di jalan Allah dituntut. Orang-orang yang membelanjakan dan pergi berperang sebelum kemenangan adalah lebih besar darjatnya daripada orang-orang yang nafkahkan dan berperang sesudahnya. Firman Tuhan,

"Mengapakah kamu, bahawa kamu tidak nafkahkan di jalan Allah, dan kepunyaan Allah warisan langit dan bumi? Tidaklah sama orang antara kamu yang nafkahkan, dan yang berperang sebelum kemenangan; mereka itulah yang lebih besar darjatnya daripada orang-orang yang nafkahkan dan berperang sesudahnya; dan masing-masing Allah janjikan yang paling baik; dan Allah sedar apa kamu buat." (57:10)


Jihad

Meskipun kelihatan serupa tetapi perang di jalan Allah dengan berjihad di jalan Allah adalah dua perkara yang agak berlainan. Jihad tertumpu kepada Kitab al-Qur'an, atau berjuang untuknya, dan tidak semestinya memegang senjata dan membunuh seperti dalam peperangan. [Sila rujuk artikel Jalan Allah (Berjihad). Terima kasih.]

Perang bererti bunuh-membunuh, rampas-merampas, yang tidak disukai umum. Namun ia merupakan suatu yang baik apabila dilakukan di jalan Allah serta tidak mencabuli segala yang ditetapkan-Nya. Kemenangan dijanjikan kepada orang-orang yang takwa, atau yang takut kepada-Nya. Oleh itu dapat disimpulkan mengapa orang Islam sudah lama tidak menemui kemenangan dalam medan peperangan - sebab tidak takut kepada-Nya.